Jumat, 20 Mei 2016

askep vomoting muntah


LAPORAN PENDAHULUAN
VOMITING (MUNTAH)

A.    Konsep Penyakit
1.      Pengertian
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen (Markum : 1991).
Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung (Depkes R.I, 1994).
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi, ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali kemulut akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan secra sadar untuk dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter eshopagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan isi lambung yang lambat.
Pada masa anak, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu, bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan adanya gangguan.

2.      Etiologi
a.       Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus, atresia / stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang tinggi, cara memberi makan atau minum yang salah, dan lain-lain.
b.      Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi (infeksi traktus urinarius, hepatitis, peritonitis, dll)
c.       Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama pada anak yang lebih besar.
3.      Patofisiologi
Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang- kadang sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabakan muntah.
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
a.       Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
b.      Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
c.       Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.
4.      Tanda dan Gejala
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :
a.       Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap setelah pemberian makanan pertama kali.
b.      Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak, tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
c.       Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
d.      Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
e.       Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian makanan yang salah atau pada faktor psikososial.
5.      Sifat Muntah
a.       Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus.
b.      Muntah proyektil kemungkinan stenosis pylorus (pelepasan lambung ke duodenum).
c.       Muntah hijau (empedu) kemungkinan obstruksi

mual dan muntah


Definisi mual atau nausea dan pengertian muntah (vomitus), serta fisiologi dan patofisiologi terjadinya gangguan kondisi kesehatan ini.

About these ads

Definisi Mual & Muntah

Pengertian mual (nausea), muntah (vomitus), dan fenomena yang terkait adalah penting untuk penilaian yang benar dan pengobatan gejala-gejala pada pasien, terutama yang menerima perawatan paliatif. Hal ini karena istilah ini keduanya kurang dipahami dan sering keliru dalam penggunaannya.

Apa itu mual dan apa itu muntah?
Mual adalah pengalaman yang sama sekali subyektif, didefinisikan sebagai sensasi yang segera mendahului muntah. Pasien menyatakan bahwa mereka merasa seolah-olah akan muntah, atau menggambarkan sensasi seperti merasa tidak nyaman atau sakit perut.

Muntah adalah peristiwa fisik yang sangat spesifik, didefinisikan sebagai evakuasi isi lambung yang cepat dan secara paksa dengan alur balik dari perut sampai dan keluar dari mulut. Muntah biasanya, namun tidak selalu, dilanjutkan lagi dengan mual. Muntah sifatnya berulang-ulang dimana terjadi kontraksi aktif otot-otot perut yang menghasilkan tekanan yang menyebabkan evakuasi isi perut. Muntah dapat terjadi tanpa keluarnya isi lambung dari mulut, disebut sebagai nafas kering (dry heaves), hal ini mengacu pada gerakan pernapasan spasmodik dilakukan dengan glotis tertutup.

Mual dan muntah perlu dibedakan dari:

Regurgitasi – sifatnya pasif, aliran retrograde isi esofagus ke dalam mulut. Regurgitasi terjadi dengan gastroesophageal reflux atau penyumbatan esofagus.
Ruminasi – gangguan makan yang sering dibingungkan dengan kondisi muntah. Ruminasi terjadi berulang-ulang setelah makan, tidak diawali dengan mual, dan tidak terkait dengan fenomena fisik biasanya yang menyertai muntah.
Dispepsia – nyeri kronis atau berulang atau ketidaknyamanan yang berpusat di perut bagian atas. Dispepsia dapat diklasifikasikan menjadi dispepsia struktural (berhubungan dengan asam) dan fungsional (terkait dismotilitas). Dispepsia fungsional pada pasien kanker disebut sindrom dispepsia yang terkait kanker (cancer-associated dyspepsia syndrome), ditandai dengan mual, cepat kenyang, merasa penuh post-prandial, dan nyeri.

Fisiologi Muntah

Bagaimana proses terjadinya mual dan muntah ?. Muntah biasanya dialami dalam serangkaian 3 peristiwa, yang hampir semua orang telah alami :

Mual biasanya terkait dengan penurunan motilitas lambung dan peningkatan tonus di usus kecil. Selain itu, sering terjadi pembalikan gerakan peristaltik di usus kecil proksimal.

Nafas kering (dry heaves) mengacu pada gerakan pernapasan spasmodik dilakukan dengan glotis tertutup. Sementara ini terjadi, antrum kontrak perut dan fundus dan kardia relax. Studi dengan kucing telah menunjukkan bahwa selama muntah-muntah terjadi herniasi balik esofagus perut dan kardia ke dalam rongga dada karena tekanan negatif yang ditimbulkan oleh upaya inspirasi dengan glotis tertutup.

Emesis adalah ketika isi usus lambung dan sering dalam jumlah kecil didorong sampai dan keluar dari mulut. Ini hasil dari serangkaian kejadian yang sangat terkoordinasi yang dapat digambarkan dengan langkah-langkah berikut (jangan mempraktekkannya di depan umum):

Ambil napas dalam-dalam, glotis tertutup dan laring dinaikkan untuk membuka sfingter esofagus bagian atas. Sementara, palatum molle dinaikkan untuk menutup nares posterior.
Diafragma dikontraksikan ke bawah untuk menciptakan tekanan negatif di dada, yang memfasilitasi pembukaan esofagus dan sfingter esofagus distal.
Bersamaan dengan gerakan ke bawah diafragma, otot-otot dinding perut dengan penuh semangat dikontraksikan, meremas perut dan dengan demikian meningkatkan tekanan intragastrik. Dengan pilorus ditutup dan kerongkongan yang relatif terbuka, rute dari jalur keluar isi perut akan lebih jelas.
Rangkaian peristiwa yang dijelaskan tersebut tampaknya menjadi khas bagi manusia dan hewan, tetapi tidak bisa dihindari. Emesis sering terjadi tiba-tiba dan kadang tanpa ada tanda-tanda, situasi ini sering disebut sebagai muntah proyektil. Penyebab umum muntah proyektil adalah obstruksi lambung, sering merupakan akibat dari konsumsi benda asing.

Ada juga variabilitas yang cukup besar antara spesies, dalam kecenderungan terjadinya muntah. Tikus dilaporkan tidak muntah, hewan ternak dan kuda jarang muntah, jika ini terjadi biasanya merupakan pertanda buruk dan paling sering akibat distensi lambung akut. Karnivora seperti anjing dan kucing sering muntah. Manusia berada pada yang ekstrem dan menarik, ada individu yang tampaknya tidak mampu muntah karena kelainan bawaan di pusat-pusat muntah dari batang otak.

Patofisiologi mual dan muntah karena penyakit hematologi

Sensasi berupa mual disebabkan oleh stimulasi dari satu atau lebih dari empat sistem yaitu:

Aferen visceral dari saluran pencernaan (vagus atau saraf simpatis) – sinyal-sinyal ini menginformasikan otak mengenai kondisi seperti distensi gastrointestinal dan iritasi mukosa.
Aferen visceral dari luar saluran pencernaan – sinyal dari saluran empedu, peritoneum, hati dan berbagai organ lain. Impuls ke pusat pusat muntah menjelaskan bagaimana, misalnya, batu di saluran empedu dapat menyebabkan muntah.
Aferen dari pusat extramedulla di otak (sistem vestibular), rangsangan psikis tertentu (bau, rasa takut), dan trauma otak dapat menyebabkan muntah.
Kemoreseptor trigger zone di area postrema (medulla) dasar ventrikel keempat, atau pusat-pusat yang lebih tinggi di sistem saraf pusat (SSP).
Saluran pencernaan dapat mengaktifkan pusat muntah oleh stimulasi mekanoreseptor atau kemoreseptor pada glossopharyngeal atau aferen vagal (saraf kranial IX dan X) atau dengan pelepasan serotonin dari sel-sel usus enterochromaffin, yang pada gilirannya merangsang reseptor serotonin (5-HT3) pada aferen vagal. Sistem vestibular mengaktifkan pusat muntah jika dirangsang oleh gerakan atau penyakit (misalnya labyrinthitis) atau ketika peka oleh obat-obatan (misalnya opioid). Reseptor Histamin (H1) dan Asetilkolin M1 muncul pada aferen vestibular. Racun endogen atau eksogen yang melalui darah dapat mengaktifkan kemoreseptor di postrema lantai ventrikel keempat melalui jenis reseptor dopamin 2. Akhirnya, pusat SSP yang lebih

Distensi abdomen


Pengertian (Definisi) Distensi Abdomen

Distensi abdomen sendiri sebenarnya terdiri dari dua kata, yaitu distensi yang memiliki arti penggelembungan atau pembengkakan, sedangkan abdomen meiliki arti perut. Secara istilah Distensi abdomen merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan pengegelembungan atau pembengkakan perut. Distensi dapat disebabkan oleh  udara (gas) atau pengumpulan cairan. Adanya penumpukan dalam perut menyebabkan ekspansi keluar dari perut dan pinggang di luar ukuran yang wajar. Walau pun Distensi abdomen bukan penyakit itu sendiri, akan tetapi hal ini merupakan gejala atau indikator dari penyakit lain seperti sirosis, gagal jantung, anemia atau terlalu banyak cairan.
Penyebab Distensi abdomen

Secara umum, yang menjadi penyebab terjadinya distensi abdomen adalah gas atau udara, sembelit
Penyebab umum dari distensi abdomen biasanya gas, gangguan perut Irritable Bowel Syndrome (IBS) dan sembelit. Selain itu, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh adanya fibroid, asites atau perdarahan intra-abdominal.Meski jarang terjadi, adanya kista, tumor dan neoplasma juga dapat menyebabkan Distensi Abdomen.

Distensi abdomen bisa saja disebabkan oleh banyak hal tersebut. Akan tetapi secara umum kondisi ini dapat disebabkan karena makan berlebihan atau terlalu banyak menelan udara atau aerophagia. Irritable Bowel Syndrome (IBS), sembelit, dispepsia dan diabetes semuanya dapat menyebabkan distensi abdomen.

Distensi abdomen juga terjadi pada pada seseorang yang memiliki intoleransi laktosa, keracunan makanan bakteri, infeksi parasit seperti giardia, bakteri helicobacter pylori seperti (H. pylori), penyakit celiac atau tukak lambung.


Selain beberapa hal di atas, Distensi abdomen juga disebabkan oleh obstruksi usus mekanik dan non-mekanis. Penghalang mekanik usus bisa disebabkan tumor atau neoplasma, hematoma atau benda asing. Penghalang non-mekanik usus bisa disebabkan trombosis, pankreatitis, tukak lambung atau peritonitis bilier.

Distensi abdomen karena terlalu banyak cairan secara umum disebabkan oleh sirosis atau gagal jantung kongestif. Hal ini bisa saja karena penderita distensi abdomen mengalami edema yang terjadi pada kaki atau pada pergelangan kaki.
Gejala distensi abdomen

Distensi abdomen dapat memberikan beberapa gejala khususnya perut terlihat kembung, hal ini biasanya ditandai dengan perasaaan kembung pada bagian perut. Orang yang menderita distensi abdomen juga dapat mengalami rasa kenyang, merasakan adanya tekanan dalam perut serta rasa sakit dan kram. Selain itu gejala yang timbul pada distensi abdomen antara lain bersendawa, mual, muntah, diare, demam, sakit perut, sesak napas, serta tubuh terasa lemah.
Pengobatan Distensi Abdomen

Dalam mengatasi Distensi abdomen biasanya mempertimbangkan beberapa faktor seperti faktor yang menjadi penyebab distensi abdomen, faktor usia serta kondisi yang sedang di alami oleh penderita distensi abdomen. Salah satu tritmen yang diberikan ialah menitik beratkan pada makanan, yakni dengan mengubah jenis jenis makanan yang ingin dikonsumsi. Penderita distensi abdomen biasanya disarankan mengkonsumsi rempah rempah serta jenis makanan rendah lemak. Penderita yang mengalami  intoleransi laktosa biasanya disarankan untuk menghindari makanan yang terbuat dari susu. Selain itu, mengkonsumsi serat juga menjadi bahan pertimbangan, karena terlalu banyak serat juga dapat memicu terjadinya distensi abdomen.

Selain menitik beratkan pada jenis makanan, penderita biasanya disarankan untuk menambah enzim dan probiotik tertentu. Selain itu, dokter juga mungkin akan memberikan resep obat obatan antibiotik, obat anti depresan, antispasmodik dan obat pencahar

Kamis, 19 Mei 2016

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.
Remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang dimulai dengan perubahan biologis pada masa pubertas dan diakhiri dengan masuknya seseorang ke dalam tahap kedewasaan. Dua ratus tahun yang lalu, periode ini tidak dikenali.
Untuk waktu yang lama, remaja dimaknai sebagai masa transisi, tidak lebih dari masa selintas menuju kedewasaan, masa yang ditandai dengan instabilitas dan keresahan. Meskipun remaja bermasalah tidak bisa dianggap mewakili kelompok usia remaja secara keseluruhan, pada saat yang bersamaan remaja dipandang sebagai periode emosi yang tidak stabil dan terganggu, serta masa pemberontakan.
Saat ini, dengan pengetahuan ilmiah pada proses pengalaman remaja, masa remaja secara luas dipandang sebagai periode pertumbuhan yang bersemangat, dan kemajuan personal yang pesat. Pertumbuhan bukan secara murni terdiri dari aspek biologis dan pubertas, tetapi juga perubahan mental dan sosial yang membantu membentuk kepribadian masa dewasa.
Jiwa "pemberontakan" yang dilabelkan pada remaja harus dipandang sebagai perspektif orang dewasa, dan bukan sepenuhnyua karakteristik dari kelompok usia ini. Sesungguhnya, yang disebut "pemberontakan" tersebut tidak lebih dari upaya remaja untuk mencari penegasan diri untuk menemukan bahwa dirinya berbeda, dan merupakan proses yang penting dalam tahap-tahap pembentukan kepribadian.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
Apa definisi dari Psikologi Perkembangan Remaja dan bagian-bagiannya?
Tahapan-tahapan psikososial remaja dan pengaruhnya terhadap diri remaja serta  orang tua remaja?
Apa saja yang termasuk kasus psikososial ramaja dan pengembangan aspek psikososial remaja?


BAB II
PEMBAHASAN
A.     PSIKOLOGI PERKEMBANGAN REMAJA
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula orang dewasa. Pada periode ini pula remaja berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Clarke-Sweart & Friedman, 1987; Ingersoll, 1989)
Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut memperluas lingkungan sosial diluar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lainnya.
Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:(Konopka, 1973 dalam Pikunas, 1976; Ingersoll 1989):
Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu memulai meninggalkan peran sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua.
Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru.
Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa.
Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam renteang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Kita semua mengetahui bahwa antara anak-anak dan orang dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat bilogis atau fisiologis juga bersifat psikologis. Pada masa remaja perubahan-perubahan besar terjadi dalam kedua aspek tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol pada masa remaja adalah berlangsungnya perubahan itu sendiri, yang dalam interaksinya dengan lingkungan sosial membawa berbagai dampak pada prilaku remaja. Secara ringkas, proses perubahan tersebut dan interaksi antara beberapa aspek yang berubah selama masa remaja bisa diuraikan sebagai berikut. (Lerner & Hultsch, 1983; 318-320).
Perubaha Fisik
Rangkaian perubahan yang paling jelas yang nampak dialami oleh remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa pubertas atau pada awal masa remaja, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria (hurlock, 1973: 20-21).
Perubahan Emosionalitas
akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal adalah perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormonal tadi dan juga pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan badaniah tersebt.
Perubahan Kognitif
Semua perubahan fisik yang membawa implikasi perubahan emosional tersebut makin dirumitkan oleh fakta bahwa individu juga sedang mengalami perubahan kognitif. Perubahan dalam kemampuan berfikir ini diungkapkan oleh Piaget (1972) sebagai tahap terakhir yang disebut sebagai tahap formal operation dalam perkembangan kognitifnya.
Menurut John Hill (1983), terdapat tiga komponen dasar dalam membahas periode remaja yaitu: perubahan pundamental remaja meliputi perubahan biologis kognitif dan sosial. Ketiga perubahan ini bersifat unipersal.
·           Transisi Biologis
Menyangkut Tampilan Fisik (Ciri-Ciri Secara Primer Dan Sekunder)
·           Transisi Kognitif
Perubahan dalam kemampuan berfikir, remaja telah memiliki kemampuan yang lebih baik dari anak dalam berfikir mengenai situasi secara hipotesis, memikirkan sesuatu yang belum terjadi tetapi akan terjadi.
·           Transisi Sosial
Perubahan dalam status sosial membuat remaja mendapatkan peran-peran baru dan terikat pada kegiatan-kegiatan baru.



B.       PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA
1.      Perkembangan Psikososial Remaja Awal ( 10 – 14 Tahun )
a.    Tahap Perkembangan
-       Cemas terhadap pemampilan Badan /fisik
-       Perubahan Hormonal
-       Menyatakan kebebasan dan merasa sebagai seorang individu, tidak hanya sebagai seorang anggota keluarga
-       Perilaku memberontak dan melawan,
-       Kawan menjadi lebih penting
-       Perasaan memiliki terhadap teman sebaya Anak Laki-laki : membentuk gang, kelompok, anak perempuan : mempunyai sahabat.
-       Sangat menuntut keadilan, tapi cenderung melihat sesuatu sebagai hitam putih serta dari sisi pandang mereka sendiri
b.    Dampak Terhadap Anak
-       Kesadaran diri meningkat (self consciousness)
-       Pemarah, anak laki0laki yang tadinya baik dapat menjadi lebih agresif,mungkin pula timbul jerawat baik pada anak laki-laki maupun. Perempuan .Bereksprerimen dengan cara berpakaian, berbicara dan cara penampilan dirim sebagai suatu usaha untuk mendapatkan identitas baru
-       Kasar
-       Menuntut memperoleh kebebasan
-       Ingin tampak sama dengan teman yaitu dalam cara berpakaian, gaya rambut, mendengarkan musik dan lain-lain
-       Pengaruh teman dan orang–tua teman menjadi sangat besar.
-       Remaja tidak mau berbeda dari teman sebaya
-       Mungkin tampak tidak toleransi dan sulit berkompromi, Mungkin pula timbul iri hati terhadap saudara kandung dan seringkali ribut dengan mereka.
c.    Efek Terhadap Orang-Tua
-       Orang-tua mungkin menganggap anak “ ter fokus pada dirinya “.
-       Orang tua mungkin menenmukan kesulitan dalam hubungan dengan remaja
-       Orang tua merasa ditolak dan sulit menerima keinginan anak yang berbeda dari mereka
-       Orang-tua perlu menangani anak secara hati-hati, bila ingin mempertahankan hubung baik.
-       Orang–tua merasa tidak mudah membuat keseimbangan antara “permisif “ dan” over protective “
-       Orang tua mungkin terganggu oleh tuntutan finansial dan gaya hidup anak
-       Orang–tua merasa kurang enak karena dikritik oleh anaknya sendiri. Kadang-kadang terjadi bentrok dengan peraturan keluarga.
-       Orang tua harus meninjau sikapnya untuk mengatasi perasaan “ tidak adil “

2.      Perkemabangan Psikososial Remaja Pertengahan ( 15 – 16 Tahun )
a.    Tahap Perkembangan
-       Lebih mampu untuk berkompromi
-       Belajar berpikir secara independen dan membuat keputusan sendiri
-       Terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan cira diri yang dirasakan nyaman bagi mareka
-       Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru, mengujinya walaupun berisiko
-       Tidak lagi terfokus pada diri sendiri
-       Membangun nilai/norma dan mengembangkan moralitas
-       Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan rasa setia kawan
-       Mulai membina hubungan dengan lawan jenis
-       Intelektual lebih berkembang dan igni tahu tentang  banyak hal. Mampu berpikir  secara abstrak, mulai berurusan dengan hipotesa
-       Berkembangnya ketrampilan intelektual khusus misalnya, kemampuan matematika, bahasa dan ilmu pengetahuan lainnya
-       Mengembangkan minat yang besar dalam bidang  seni dan olah raga seperti musik, seni lukis, tari, basket dan lain-lain
-       Senang bertualangan, ingin berpegian secara mandiri mengikuti kegiatan seperti memanjat tebing, naik gunung dan lain-lain
b.    Dampak Terhadap Anak
-       Lebih tenang, sabar dan lebih toleransi.
-       Dapat menerima pendapat orang lain, meskipun berbeda dengan pendapatnya  sendiri
-       Menolak campur tangan orang tua untuk mengendalikannya kurang dapat  dipengaruhi dan teman tidak lagi berpengaruh besar
-       Baju , gaya rambut,Sikap dan pendapat  mereka sering berubah-ubah
-       Mulai bereksperiman dengan rokok ,  alkohol dan kadang-kadang Napza.
-       Lebih bersosialisasi dan tidak lagi pemalu
-       Mempertanyakan ide dan nilai/ norma  yang diterima dari keluarga
-       Ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman dari pada dengan keluarga
-       Mulai berpacaran ,tapi hubungan belum serius.
-       Mulai mempertanyakan sesuatu yang  sebelumnya tak berkesan . Ingin  mengikuti diskusi atau debat
-       Mungkin tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan ini
-       Mungkin mengabaikan pekerjaan sekolah karena adanya minat yang baru  ini
-       Remaja merasa dirinya mampu sehingga mereka tidak mengikuti upaya penyelamatan diri yang dianjurkan
c.    Efek Terhadap Orang Tua
-       Orang –tua secara bertahap merasakan  semakin mudah berhubungan dengan anaknya
-       Orang-tua harus untuk memberikan kepercayaan kepada anak dan tidak terlalu mengendalikannya
-       Oang-tua mungkin menanggapi sikap remaja secara serius dan kuatir akan jadi menetap
-       Cemas terhadap risiko ini sehingga orang-tua cenderung membatasi dan menetapkan aturan.
-       Orang-tua melihat bahwa remaja siap untuk membina hubungan dekat.
-       Dapat menjadi masalah bila remaja menolak sikap yang mempunyai nilai tinggi bagi orang-tua
-       Orang-tua cemas akan pengaruh teman
-       Orang-tua cemas dan mungkin pula terlalu ikut campur.
-       Orang tua mempunyai kesempatan untuk lebih mengetahui anaknya
-       Orang tua perlu menunggu sampai tahap remaja pertengahan sebelum menyimpulkan tentang keampuan intelektual anak
-       Orang tua perlu mengenali bahwa anaknya memiliki kemampuan yang mungkin lebih dari dugaannya

3.      Perkembangan Psikososial Remaja Akhir ( 17 – 19 Tahun )
a.    Tahap Perkembangan
-       Ideal
-       Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga
-       Harus belajar untuk mencapai kemandirian baik dalam bidang finansial maupun emosional
-       Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis
-       Merasa sebagai orang dewasa  yang setara dengan anggota keluarga lainnya
-       Hampir siap untuk menjadi orang  dewasa yang mandiri
b.    Dampak Terhadap Anak
-       Cenderung menggeluti masalah sosial/politik. Dapat pula menggeluti  nilai-nilai keagamaan dan bahkan pindah agama
-       Mulai belajar mengatasi stres yang dihadapinya, mungkin lebih senang pergi dengan teman daripada berlibur dengan keluarganya
-       Kecemasan dan ketidak pastian masa depan dapat merusak harga diri dan keyakinan diri
-       Mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menghabiskan waktunya dengan mereka
-       Cenderung merasa pengalamannya berbeda dengan orang-tuanya
-       Mungkin ingin meninggalkan rumah dan hidup sendiri
d.   Efek Terhadap Orang-Tua
-       Orang tua menjadi tegang dan distres karena penolakan anak terhadap agama dan kepercayaannya sendiri
-       Keinginan orang-tua untuk melindungi anaknya dapat menimbulkan bentrokan
-       Orang-tua mungkin masih memberikan dukungan financial terhadap remaja yang secara emosional tidak lagi tergantung kepada mereka, Hal ini dapat membuat hubungan menjadi tidak mudah
-       Orang-tua cenderung cemas terhadap hubungan yang terlalu serius dan terlalu dini. mereka takut sekolah atau  pekerjaan akan terabaikan
-       Orang-tua mungkin berkecil hati menghadapi keadaan ini. Orang-tua perlu menyesuaikan bila akhirnya anak meninggalkan rumah.



C.      KASUS PSIKOSOSIAL REMAJA
Terdapat 5 kasus dari psikososial yaitu:
1.    Identity (Mengemukakan Dan Mengerti Dari Sebagai Individu)
Pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat penting pada identitas diri (Harter, 1990). Pada masa remaja sangsi akan identitas dirinya dan tidak hanya sangsi akan personal sense dirinya tapi juga untuk pengakuan dari orang lain dan dari lingkungan bahwa dirinya merupakan indiviodu yang unik dan khusus.

2.    Autonomy (Menetapkan Rasa Yang Nyaman Dalam Ketidaktergantungan)
Remaja berusaha membentuk dirinya menjadi tidak tergantung tetapi berusaha untuk menemukan dirinya dengan kaca mata dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini merupakan suatu proses yang sulit, tidak hanya bagi remaja tetapi juga bagi orang lain di sekitarnya.
Terdapat tiga perkembangan penting dari autonomy, yaitu:
- Mengurangi ikatan emosional dengan orang tua.
- Mampu untuk mengambil keputusan secara mandiri.
- Membentuk “tanda personalnya” dari nilai dan moral

3.    Intimacy (Membentuk Relasi Yang Tertutup Dan Dekat Dengan Orang Lain)
Selama masa remaja perubahan penting lainnya adalah kemampuan individu untuk menjalin kedekatan dengan orang lain, khususnya dengan sebaya. Pertemuan muncul pertama kali pada masa remaja melibatkan keterbukaan, kejujuran, loyaliyas dan saling percaya, juda berbagi kegiatan dan minat  “dating”, menjadi penting dan sebagai konsekuensinya kemampuan untuk menjalin hubungan melalui kepercayaan dan cinta.

4.    Sexuality (Mengekspresikan Perasaan-Perasaan Dan Merasa Senang Jika Ada Kontak Fisik Dengan Orang Lain)
Kegiatan seksual secara umum dimulai pada masa remaja, kebutuhan untuk memecahkan masalah nilai-nilai sosial dan moral terjadi pada masa ini (Kart Chadorin, 1990).

5.    Achivement (Mendapatkan Keberhasilan Dan Memiliki Kemampuan Sebagai Anggota Masyarakat)
Pengembalian keputusan yang penting terjadi pada masa remaja dan membawa konsueksi yang panjang tentang sekolah dan karir Umumnya pengembalian keputusan bergantung pada evaluasi diri remaja mengenai kecakapan dan kemampuan dari aspirasi dan harapannya dimasa mendatang, dan dari masukan-masukan yang diterima oleh remaja dari tugas guru dan teman.
D.      PENGEMBANGAN ASPEK PSIKOSOSIAL REMAJA

Dalam pengembangan aspek psikososial remaja, maka delapan aspek yang menuntut ketrampilan sosial remaja harus dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kondisi yang kondusif. Di bawah ini adalah beberapa saran yang mungkin berguna bagi pengembangan aspek psikososial remaja:

1.
Keluarga


Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis atau broken home dimana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak akan sulit mengembangkan ketrampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dari:


-          Kurang adanya saling pengertian (low mutual understanding)
-          Kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orangtua dan saudara
-          Kurang mampu berkomunikasi secara sehat
-          Kurang mampu mandiri
-          Kurang mampu memberi dan menerima sesama saudara
-          Kurang mampu bekerjasama
-          Kurang mampu mengadakan hubungan yang baik


Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka amatlah penting bagi orangtua untuk menjaga agar keluarga tetap harmonis. Kehramonisan dalam hal ini tidaklah selalu identik dengan adanya orangtua utuh (Ayah dan Ibu), sebab dalam banyak kasus orangtua single terbukti dapat berfungsi efektif dalam membantu perkembangan psikososial anak. Hal yang paling penting diperhatikan oleh orangtua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua maupun saudara-saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dsb. hanya akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak.

2.
Lingkungan


Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga), lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga(keluarga primer & sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orangtua, saudara, atau kakek dan nenek saja.

3.
Kepribadian


Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.

4.
Rekreasi


Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi seseorang akan merasa mendapatkesegaran baik fisik maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa capai, bosan, monoton serta mendapatkan semangat baru.

5.
Pergaulan dengan Lawan Jenis


Untuk dapat menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja seyogyanya tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role behavior yang menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga maupun berkeluarga.

6.
Pendidikan


Pada dasarkan sekolah mengajarkan berbagai ketrampilan kepada anak. Salahsatu ketrampilan tersebut adalah ketrampilan-ketrampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hal ini peran orangtua adalah menjaga agar ketrampilan-ketrampilan tersebut tetap dimiliki oleh anak atau remaja dan dikembangkan terus-menerus sesuai tahap perkembangannya.

7.
Persahabatan dan Solidaritas Kelompok


Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman amatlah besar. Seringkali remaja bahkan lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan dengan keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.

8.
Lapangan Kerja


Cepat atau lambat, setiap orang pasti akan menghadapi dunia kerja. Keterampilan sosial untuk memilih lapangan kerja sebenarnya telah disiapkan sejak anak masuk sekolah dasar. Melalui berbagai pelajaran disekolah mereka telah mengenal berbagai lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Setelah masuk SMU mereka mendapat bimbingan karier untuk mengarahkan karier masa depan. Dengan memahami lapangan kerja dan ketrampilan-ketrampilan sosial yang dibutuhkan maka remaja yang terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi akan dapat menyiapkan untuk bekerja.

9.
Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri.


Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudah menyesuaikanan diri dengan kelompok, maka tugas orang tua/pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dsb. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari orang lain/kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain/kelompok.
Selain itu anak harus diajarkan sejak dini untuk dapat memilih prioritas tugas-tugas yang harus segera diatasi, bukan menunda atau mengalihkan perhatian pada tugas yang lain. Karena itu sejak awal sebaiknya orang tua atau pendidik telah memberikan bekal agar anak dapat memilih mana yang penting dan mana yang kurang penting melalui pendidikan disiplin, tata tertib dan etika.



BAB IV
P E N U T U P
A.    KESIMPULAN
-          Anak remaja anda mungkin berbeda sedikit dari remaja lainnya. Setiap generasi memiliki kadar motif, gaya hidup, harapan dan mimpi yang berbeda. Tapi lingkungan sekolah dan pergaulan remaja sekarang sangatlah berbeda dari apa yang remaja dulu alami.
-          Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula orang dewasa. Pada periode ini pula remaja berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa.

B.     SARAN
-          Anda harus memberi kebaikan pada anak Anda seperti kebaikan yang Anda berikan pada orang lain. Anak-anak akan memperlakukan orang lain sebagaimana orangtuanya memperlakukannya. Hubungan Anda dengan anak Anda merupakan pondasi bagi hubungannya dengan orang lain.
-          Orang tua sebagai panutan sekaligus guru yang menjadi contoh bagi anak dalam belajar untuk hidup melalui berbagai proses yang semuanya tak lepas dari tanggung jawab mereka. Anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik bila orang tua juga mampu untuk mengontrol dan mengatasi persoalan mereka sendiri tanpa harus mensosialisasikan perbedaan pendapat yang mengarah ke konflik keluarga kepada anak.

Rabu, 18 Mei 2016

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Infark miokard akut adalah suatu keadaan di mana terjadi nekrosis otot jantung akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan suplai oksigen yang terjadi secara mendadak. Penyebab yang paling sering adalah terjadinya sumbatan koroner sehingga terjadi gangguan aliran darah. Sumbatan tersebut terjadi karena ruptur plak yang menginduksi terjadinya agregasi trombosit, pembentukan trombus, dan spasme koroner.
Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Bila pasien sebelumnya pernah mendapat serangan angina ,maka ia tabu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang biasa, infark miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat ,sering pada jam-jam awal dipagi hari.
1.2  Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana anatomi fisiologi infark miokard ?
1.2.2 Bagaimana definisi infark miokard akut ?
1.2.3 Bagaimana etiologi infark miokard akut ?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi infark miokard akut?
1.2.5 Bagaimana tanda dan gejala infark miokard akut?
1.2.6 Bagaimana jenis-jenis infark miokard?
1.2.7 Bagaimana prognosis infark miokard?
1.2.8 Bagaimana insidensi infark miokard ?
1.2.9 Bagaimana diagnosis infark miokard ?
1.2.10 Bagaimana komplikasi infark miokard ?
1.2.11 Bagaimana pencegahan infark miokard ?
1.2.12 Bagaimana sistem pelayanan kesehatan infark miokard ?
1.2.13 Bagaimana penatalaksanaan pada infark miokard ?
1.2.14 Bagaimana hasil-hasil penelitian infark miokard ?
1.2.15 Bagaimana etika keperawatan ?
1.3  Tujuan
       1.3.1        Tujuan Umum
                    Untuk mengetahui penanganan pada pasien dalam penyakit infark miokard
       1.3.2        Tujuan Khusus
                   1.3.2.1  Mahasiswa mampu mengetahui anatomi fisiologi infark miokard akut
                   1.3.2.2  Mahasiswa mampu mengetahui definisi infark miokard akut
                   1.3.2.3  Mahasiswa mampu mengetahui etiologi infark miokard akut
                   1.3.2.4  Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi infark miokard akut
                   1.3.2.5  Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala infark miokard akut
                   1.3.2.6  Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis infark miokard akut
                   1.3.2.7  Mahasiswa mampu mengetahui prognosis infark miokard akut
                   1.3.2.8  Mahasiswa mampu mengetahui insidensi infark miokard akut
                   1.3.2.9  Mahasiswa mampu mengetahui diagnosis infark miokard akut
                   1.3.2.10  Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi infark miokard akut
                   1.3.2.11  Mahasiswa mampu mengetahui pencegahan infark miokard akut
                   1.3.2.12  Mahasiswa mampu mengetahui sistem pelayanan kesehatan infark miokard akut
                   1.3.2.13  Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan pada infark miokard akut
                   1.3.2.14  Mahasiswa mampu mengetahui hasil-hasil penelitian infark miokard akut          
                   1.3.2.15 Mahasiswa mampu mengetahui etika keperawatan

1.4  Manfaat
      Dengan makalah ini diharapkan:
      1.4.1        Perawat lebih mengerti dan paham mengenai penyakit infark miokard.
      1.4.2        Masyarakat paham dengan penyakit infark miokard sehinnga dapat melakukan
                   pencegahan dan waspada pada penyakit infark miokard
      1.4.3        Pasien yang mengidap hipertensi paham bagaimana penyakit infark miokard.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi Infark Miokard
Jantung berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas kanannya tepat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea mid clavicular. Batas atas jantung terdapat pembuluh darah besar (aorta, truncus pulmonalis, dll); bagian bawah terdapat diafragma; batas belakang terdapat aorta descendens, oesophagus, dan columna vertebralis; sedangkan di setiap sisi jantung adalah paru.

1. Atrium Kanan
Atrium kanan berada pada bagian kanan jantung dan terletak sebagian besar di belakang sternum. Darah memasuki atrium kanan melalui :
é Vena cava superior pada ujung atasnya
é Vena cava inferior pada ujung bawahnya
é Sinus coronarius (vena kecil yang mengalirkan darah dari jantung sendiri)
Auricula dextra adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak pada bagian depan pangkal aorta dan arteria pulmonalis. Pada sisi kiri atrium lubang atrioventrikular kanan membuka ke dalam ventrikel kanan.

2. Ventrikel Kanan
Ventrikel kanan adalah ruang berdinding tebal yang membentuk sebagian besar sisi depan jantung. Valva atrioventricular dextra (tricuspidalis) mengelilingi lubang atrioventrikular kanan, pada sisi ventrikel. Katup ini, seperti katup jantung lain, terbentuk dari selapis tipis jaringan fibrosa yang ditutupi pada setiap sisinya oleh endocardium.Katup trikuspidalis terdiri dari tiga daun katup. Basis setiap daun katup melekat pada tepi lubang. Tepi bebas setiap daun katup melekat pada chordae tendineae (tali jaringan ikat tipis) pada penonjolan kecil jaringan otot yang keluar dari myocardium dan menonjol ke dalam ventrikel. Lubang pulmonalis ke dalam arteria pulmonalis berada pada ujung atas ventrikel dan dikelilingi oleh valva pulmonalis,terdiri dari tiga daun katup semilunaris.
3. Atrium Kiri
Atrium kiri adalah ruang berdinding tipis yang terletak pada bagian berlakang jantung. Dua vena pulmonalis memasuki atrium kiri pada tiap sisi, membawa darah dari paru. Atrium membuka ke bawah ke dalam ventrikel kiri melalui lubang atrioventrikular. Auricula sinistra adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak pada sisi kiri pangkal aorta.

4. Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri adalah ruang berdinding tebal pada bagian kiri dan belakang jantung. Dindingnya sekitar tiga kali lebih tebal daripada ventrikel kanan. Valva atrioventrikular sinistra (mitralis) mengelilingi lubang atrioventrikular kiri pada bagian samping ventrikel, katup ini memiliki dua daun katup mendapat nama yang sama dengan topi (mitre uskup), tepinya melekat pada chordae tendineae, yang melekat pada penonjolan kerucut myocardium dinding ventrikel. Lubang aorta membuka dari ujung atas ventrikel ke dalam aorta dan dikelilingi oleh ketiga daun katup aorta, sama dengan katup pulmonalis.

5. Myocardium
Myocardium membentuk bagian terbesar dinding jantung. Myocardium tersusun dari serat – serat otot jantung, yang bersifat lurik dan saling berhubungan satu sama lain oleh cabang – cabang muscular. Serat mulai berkontraksi pada embrio sebelum saraf mencapainya, dan terus berkontraksi secara ritmis bahkan bila tidak memperoleh inervasi.

6. Endocardium
Endocardium melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi katup pada kedua sisinya. Terdiri dari selapis sel endotel, di bawahnya terdapat lapisan jaringan ikat, licin dan mengkilat.
7. Pericardium
Pericardium adalah kantong fibrosa yang menutupi seluruh jantung. Pericardium merupakan kantong berlapis dua, kedua lapisan saling bersentuhan dan saling meluncur satu sama lain dengan bantuan cairan yang mereka sekresikan dan melembabkan permukaannya. Jumlah cairan yang ada normal sekitar 20 ml. Pada dasar jantung (tempat pembuluh darah besar, limfatik, dan saraf memasuki jantung) kedua lapisan terus berlanjut. Terdapat lapisan lemak di antara myocardium dan lapisan pericardium di atasnya.

8. Arteria Coronaria
Kedua arteria coronaria, kanan dan kiri, menyuplai darah untuk dinding jantung. Arteri ini keluar dari aorta tepat di atas katup aorta dan berjalan ke bawah masing – masing pada permukaan sisi kanan dan kiri jantung, memberikan cabang ke dalam untuk myocardium. Arteri ini menyuplai masing – masing sisi jantung tetapi memiliki variasi individual dan pada beberapa orang, arteria coronaria dextra menyuplai sebagian ventrikel kiri. Arteri ini memiliki relatif sedikit anastomosis antara arteria dextra dan sinistra.

2.2 Definisi Infark Miokard Akut
Infark Miokard adalah suatu keadaan infark atau nekrosis otot jantung karena kurangnya suplai darah dan oksigen pada miokard(ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard).
Infark Miokard Akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan arteri koroner (Hudak & Gallo; 1997). Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya ateroksklerotik pada dinding arteri koroner, sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan oto jantung.
Infark miokardium adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung. Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan. Infark miokard biasanya disebabkan oleh trombus arteri koroner; prosesnya mula-mula berawal dari rupturnya plak yang kemudian diikuti oleh pembentukan trombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya infark miokard tergantung pada jenis arteri yang oklusi dan aliran darah kolateral.
Tipe infark miokard didasarkan pada lokasi infark dan meliputi lapisan-lapisan otot jantung. Infark miokard dikelompokkan sebagai anterior,inferior,lateral atau posterior. Area infark dapat meliputi sub-endokardium,epikardium atau seluruh lapisan(tiga lapisan) otot jantung atau transmural. Kebanyakan infark miokard terjadi pada ventrikel kiri karena suplaioksigen terbesar di tempat tersebut.
Aterosklerotik adalah suatu penyakit pada arteri-arteri besar dan sedang dimana lesi lemak yang disebut Plak Ateromatosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri. Sehingga mempersempit bahkan menyumbat suplai aliran darah ke arteri bagiuan distal (Hudak & Gallo; 1997)

2.3 Etiologi Infark Miokard Akut
      Etiologi infark miokard akut yaitu(Wajan Juni) :
1.      Coronary arteri disease : arterosklerosis, artritis,trauma pada koroner, penyempitan arteri koroner karena spasme atau desecting aorta dan ateri koroner
2.      Coronary artey emboli  : infective endokarditis, cardiac myxoma, cardiopulmonal bypass surgery, arteriografi koroner
3.      Kelainan kongenital      : anomali arteri koronaria
4.      Ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan miokard  : tirotoksikosis, hipotensi kronis, keracunan karbon monoksida, stenosis atau insufisiensi aorta
5.      Gangguan hematologi : anemia, polisitermia vera, hypercoagulabity,trombosis, trombositosis dan DIC.
Infark miokard akut disebabkan oleh karena atherosclerosis atau penyumbatan total atau sebagian oleh emboli dan atau thrombus
Faktor resiko yang menjadi pencetus terjadinya Infark Miokard akut adalah :
1. Faktor resiko yang dapat diubah
a) Mayor merokok, hipertensi, obesitas, hiperlipidemia, hiperkolesterolimia dan pola makan (diit tinggi lemak dan tingi kalori).
b) Minor stress, kepribadian tipe A (emosional, agresif, dan ambivalen) daninaktifitas fisik.
2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
a) Hereditas/keturunan
b) Usia lebih dari 40 tahun
c) Ras, insiden lebih tinggi orang berkulit hitam. Sex, pria lebih sering daripada wanita.

2.4 Patofisiologi Infark Miokard Akut
            Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan sel irreversibel serta nekrosis atau kematian otot. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen. Jaringan yang mengalami infark dikeliingi oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup.
Proses terjadinya infark
Thrombus menyumbat aliran darah arteri koroner, sehingga suplai nutrisi dan O2 ke bagian distal terhambat., sel otot jantung bagian distal mengalami hipoksia iskhemik infark, kemudian serat otot menggunakan sisa akhir oksigen dalam darah, hemoglobin menjadi teroduksi secara total dan menjadi berwarna biru gelap, dinding arteri menjadi permeable, terjadilah edmatosa sel, sehingga sel mati.
Mekanisme nyeri pada AMI
Hipoksia yang terjadi pada jaringan oto jantung memaksa sel untuk melakukan metabolisme CO2 (metabolisme anaerob), sehingga menghasilkan asam laktat dan juga merangsang pengeluaran zat-zatiritatif lainnya seperti histamine, kinin, atau enzim proteolitik sleuler merangsang ujung-ujung syaraf reseptor nyeri di otot jantung, impuls nyeri dihantarkan melalui serat sraf aferen simpatis, kemudian dihantarkan ke thalamus, korteks serebri, serat saraf aferen, dan dipersepsikan nyeri.
Perangsangan syaraf simpatis yang berlebihan akan menyebabkan :
1. Meningkatkan kerja jantung dengan menstamulasi SA Node sehingga menghasilkan frekuensi denyut jantunglebih dari normal (takikardi).
2. Merangsang kelenjar keringat sehingga ekresi keringat berlebihan.
3. Menekan kerja parasimpatis, sehingga gerakan peristaltik menurun, akumulai cairan di saluran pencernaan, rasa penuh di lambung, sehingga merangsangf rasa mual / muntah.
4. Vasokonstriksi pembuluh darah ferifer, sehinga alir balik darah vena ke atrium kanan meningkat, dan akhirnya yekanan darah meningkat.

2.5 Tanda dan Gejala Infark Miokard Akut
Tanda dan gejala yang timbul pada Infark Mioma akut adalah sebagai berikut.
Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri, kebanyakan lamanya 30 menit sampai beberapa jam, sifatnya seperti ditusuk-tusuk, ditekan, tertindik.
Takhikardi
Keringat banyak sekali
Kadang mual bahkan muntah diakibatkan karena nyeri hebat dan reflek vasosegal yang disalurkan dari area kerusakan miokard ke trakus gastro intestinal
Dispnea
Abnormal Pada pemeriksaan EKG (pelajari buku tentang EKG).
2.6 JENIS-JENIS INFARK MIOKARD
1.      MIOKARD INFARK SUBENDOKARDIAL
Daerah subendokardial merupakan daerah miokard yang amat peka terhadap iskemia dan infark. Miokard infark subendokardial terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relatif menurun dalam waktu lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan arteri koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan hipoksia. Derajat nekrosis dapat bertambah bila disertai peningkatan kebutuhan oksigen miokard, misalnya akibat takikardia atau hipertrofi ventrikel. Walaupun pada mulanya gambaran klinis dapat relatif ringan, kecenderungan iskemia dan infark lebih jauh merupakan ancaman besar setelah pasien dipulangkan dari Rumah Sakit.
2.      MIOKARD INFARK TRANSMURAL
Pada lebih dari 90% pasien miokard infark transmural berkaitan dengan trombosis koroner. Trombosis seing terjadi di daerah yang mengalami penyempitan arteriosklerotik. Penyebab lain lebih jarang ditemukan. Termasuk disini misalnya perdarahan dalam plaque aterosklerotik dengan hematom intramural, spasme yang umumnya terjadi di tempat aterosklerotik yang emboli koroner. Miokard infark dapat terjadi walau pembuluh koroner normal, tetapi hal ini amat jarang.
     Klasifikasi Infark Miokard
Infark dapat di kelompokkan menjadi beberapa kelompok anatomi umum :
a.       Infark inferior mengenai permukaan diafragma jantung sering disebabkan oleh oklusi koronaria kanan atau cabang desendensnya.
b.      Infark dinding lateral mengenai dinding lateral kiri jantung sering disebabkan oleh oklusi arteri sirkumfekta kiri.
c.       Infark anterior mengenai permukaan anterior ventrikil kiri biasanya disebabkan oleh penyumbatan arteri desendens anterior kiri.
d.      Infark posterior mengenai permukaan posterior jantung biasanya disebabkan oleh penyumbatan arteri koronaria kanan. (Santa Jota, 2002 )

2.7  PROGNOSIS INFARK MIOKARD
Beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara praktis dapat diambil pegangan 3 faktor penting yaitu:
1.         Potensial terjadinya aritmia yang gawat (aritmia ventrikel dll)
2.         Potensial serangan iskemia lebih lanjut.
3.         Potensial pemburukan gangguan hemodinamik lebih lanjut (bergantung terutama pada luas daerah infark).
2.8 INSIDENSI INFARK MIOKARD
Insiden infark miokard akut di Italia meningkat tajam, khususnya di kalangan wanita muda, antara tahun 2001 dan 2005, menurut sebuah studi komprehensif yang didanai oleh Yayasan Kesehatan Manusia (HHF), sebuah badan amal Italia nirlaba untuk penelitian biomedis dan pendidikan kesehatan di Spoleto , Italia. Hasilnya dipublikasikan dalam Aging Clinical Experimental Research.
"Studi ini menunjukkan bahwa informasi lebih lanjut tentang langkah-langkah untuk mengurangi faktor risiko bagi terjadinya gagal jantung harus diarahkan pada perempuan muda," kata Antonio Giordano, MD, PhD, Presiden dan Pendiri Organisasi Kesehatan Sbarro Penelitian Bioteknologi (SHRO), terletak di Fakultas Sains dan Teknologi di Temple University di Philadelphia dan Pendiri dan Direktur dari Komite Penasehat Ilmiah HHF tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa jumlah infark miokard akut lebih dari 118.000 (yang 75.000 pria dan 43.000 wanita) pada tahun 2005 terhadap 96.000 pada tahun 2001.
"Peningkatan ini 17,2% pada pria dan 29,2% pada wanita," kata penulis Prisco Piscitelli, MD, seorang ahli epidemiologi di ISBEM (Euro Mediterania Biomedis dan Ilmiah Institut) di Brindisi, Italia, SHRO dan HHF. "Jumlah terbesar rawat inap untuk gagal jantung tercatat pada pria berusia 45 hingga 64 tahun (29.900 kasus pada 2005) dan pada perempuan di atas 75 tahun (26.500 kasus). Pada wanita kelompok usia kemudian menyusul pria, yang telah 24.000 penerimaan pada tahun 2005. "
Di seluruh papan, peningkatan jumlah rawat inap untuk gagal jantung 2001-2005 ditemukan lebih tinggi pada perempuan di semua kelompok umur diperiksa, mencapai puncak sebesar 36% pada wanita lebih dari tujuh puluh lima tahun tetapi dengan 22% mengesankan ( dibandingkan dengan laki-laki 8% hampir stasioner) ditemukan pada wanita muda berusia antara 45 dan 64 tahun.
"Dalam HHF kami sebelumnya dan survei SHRO pada kanker payudara, kami juga menemukan bahwa wanita muda khususnya memiliki peningkatan risiko penyakit," catatan Dr Giordano. "Kita harus melakukan lebih banyak untuk melindungi dan lebih mendidik pasien perempuan pada usia empat puluhan dan lima puluhan pada faktor-faktor risiko untuk kedua kanker payudara dan gagal jantung."
Menurut Alessandro Distante, MD, PhD, Direktur Ilmiah ISBEM dan satu-satunya Italia telah menerima penghargaan bergengsi dari American College of Cardiology, "Jadi cepat dan besar peningkatan penerimaan untuk serangan jantung pada wanita yang lebih muda mungkin menjadi yang pertama terlihat konsekuensi dari perubahan radikal dalam gaya hidup perempuan atas empat puluh tahun terakhir, dengan pertumbuhan paparan faktor risiko kardiovaskular seperti merokok. "
Memperhatikan peningkatan jumlah serangan jantung pada wanita di atas 75 tahun, studi ini menegaskan pentingnya hilangnya efek perlindungan menopause di negara ditandai dengan terus meningkatnya jumlah orang tua dan terutama perempuan yang lebih tua.
Biaya rawat inap dan perawatan di rumah sakit serangan jantung di Italia (termasuk angioplasti dan bypass) melebar 305-370 juta euro untuk tahun 2001 sampai 2005. Peningkatan biaya rehabilitasi pasca-peristiwa jantung meningkat 349000000-424000000 euro selama lima tahun.
"Mengingat selalu bahwa proporsi pasien masih meninggal tanpa mencapai rumah sakit, biaya tahunan untuk infark miokard akut bagi mereka yang datang ke rumah sakit sebesar 800 juta euro pada 2005 dengan biaya rata-rata € 3115 per pasien. Hari ini, sangat kemungkinan jumlah yang telah melebihi satu miliar euro per tahun, "kata Dr Piscitelli.

2.9  DIAGNOSIS
IMA dengan ST elevasi
Anamnesis
Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis secara cermat apakah nyeri dadanya berasal dari jantung atau dari luar jantung. Jika dicurigai dari jantung perlu dibedakan apakah nyerinya berasal dari koroner atau bukan. Perlu dianamnesis pula apakah ada riwayat infark miokard sebelumnya serta faktor-faktor resiko antara lain hipertensi, diabetes melitus, dislipidemi, merokok, stres serta riwayat sakit jantung koroner pada keluarga.
Pada hampir setengah kasus, terdapat faktor pencetus sebelum terjadi STEMI, seperti aktivitas fisik berat, stres emosi atau penyakit medis lainnya. Walaupun STEMI bisa terjadi sepanjang hari atau malam, variasi sirkadian dilaporkan pada pagi hari dalam beberapa jam setelah bangun tidur.

1.  Pemeriksaan fisik
Sebagian besar pasien cemas dan tidak bisa istirahat. Seringkali ekstremitas pucat dan disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat STEMI. Sekitar seperempat pasien infark anterior mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardi dan atau hipotensi).  Dan hampir setengah pasien infark inferior menunjukan manifestasi hiperaktivitas saraf parasimpatis (bradikardi dan/atau hipotensi).
Tanda fisik lain pada disfungsi ventrikular adalah S4 dan S3 galop, penurunan intensitas bunyi jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late sistolic apikal yang bersifat sementara karena disfungsi aparatus katup mitral dan pericardial friction rub. Peningkatan suhu sampai 38°C dapat dijumpai dalam minggu pertama pasca STEMI.
     
2.  IMA tanpa ST elevasi
Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang epigastrium dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan menjadi manifestasi gejala yang sering ditemui pada NSTEMI.
Analisis berdasarkan gambaran klinis menunjukkan bahwa mereka yang memiliki gejala dengan onset baru angina berat memiliki prognosis lebih baik jika dibandingkan dengan yang nyeri dada pada saat istirahat. Walaupun gejala khas rasa tidak enak di dada iskemi pada NSTEMI telah diketahui dengan baik, gejala tidak khas seperti dispneu, mual, diaforesis, sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas, atau leher juga terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun.
3.   Laboratorium
Tes Laboratorium Enzim Petanda Jantung adalah AST, CK, CK-MB, LDH, Cardiac Troponin T, mioglobin dan juga telah dikembangkan tes high sensitiviti C-Reaktif Protein(hs-CRP).
a)   AST
AST juga cepat akan meningkat dan cepat menurun pada saat terkena serangan jantung. Namun AST tidak spesifik untuk kelainan jantung karena selain dalam otot jantung juga terdapat pada hepar dalam jumlah besar, ginjal dan organ otak dalam jumlah kecil. AST sedapat-dapatnya diperiksa setiap hari selama 5 hari pertama dan bila perlu 2 kali sehari (pagi dan sore). SGOT pada IMA naik dengan cepat, setelah 6 jam mencapai 2 kali nilai normal, biasanya kembali normal dalam 2-4 hari.
b)   LDH
LDH Merupakan enzim yang mengkatalisis perubahan reversibel dari laktat ke piruvat. Ada 5 isoenzim LDH (LDH1-LDH2 terutama pada otot jantung). Kadarnya meningkat 8-12 jam setelah infark mencapai puncak 24-28 jam untuk kemudian menurun hari ke-7. Enzim α-HBDH dan LDH termasuk lambat meningkat dan lambat menurun. Keduanya dimintahkan pemeriksaan tiap hari selama 5 hari pertama.LDH meninggi selama 10-14 hari.HBDH bahkan beberapa hari lebih lama. Interpretasi LDH : Peningkatan LDH pada IMA dapat mencapai 3-5 kali nilai rujukan.Peningkatan 5 atau lebih nilai rujukan ; anemia megaloblastik, karsinoma tersebar, hepatitis, infark ginjal.Peningkatan 3-5 kali nilai rujukkan pada infark jantung, infark paru, kondisi hemolitik, leukemia, distrofi otot dan peningkatan 3 kali nilai rujukkan pada penyakit hati, syndrome nefrotik, hipotiroidisme.

c)   CK total
Creatine Kinase Adalah enzim yg mengkatalisis jalur kretin-kretinin dalam sel otak & otot. Pada IMA CK dilepaskan dalam serum 48 jam setelah kejadian dan normal kembali > 3 hari.Perlu dipanel dengan AST untuk menaikkan sensitifitas. Peningkatan CK pada IMA : Peningkatan berat (5 kali nilai rujukan) dan Peningkatan ringan – sedang (2-4 kali rujukan)

d) CK-MB
CK-MB Merupakan Isoenzim CK. Seperti kita ketahui ada beberapa jenis CK yaitu CK-MM, CK-BB dan CK-MB. M artinya muscular/skelet (otot) dan B artinya brain (otak). Jumlah CK-MB ternyata lebih banyak di dalam otot jantung sehingga spesifik untuk kelainan jantung. CK-MB Meningkat pada angina pektoris berat atau iskemik reversibel. Kadar meningkat 4-8 jam setelah infark.Mencapai puncak 12-24 jam kemudian kadar menurun pada hari ke-3. Kriteria untuk diagnosis IMA adalah : CK-MB > 16 U/l, CK-Total > 130 U/l dan CK-MB > 6% dari CK Total.

e) CK-MB Mass Relative Index (%RI)
Ada istilah baru dalam pelaporan enzim CK-MB, dengan melaporkan CK-MB Mass Relative Index. Nilai ini didapat dari CK-MB mass dibagi aktifitas CK-Total dan dikalikan dengan 100% sehingga didapatkan % RI. Rumus adalah % RI = (CK-MBmass / aktivitas CK-Tot) x 100%. Peningkatan RI memperlihatkan keadaan miokard. Tidak absolut – kurangnya standardisasi uji CK-Mbmass dan variabilitas pada jaringan.RI > 3 – 6 % dengan peningkatan aktivitas CK-Tot (sekitar > 2x batas URR) menggambarkan nekrosis miokard.

f) Cardiac troponin
Filamen otot jantung terdiri atas :Actin, Myosin dan Troponin regulatory complex. Troponin terdiri atas 3 sub-units TnC, TnT& TnI. BM TnT = 37.000 dan BM TnI = 24.000. Fraksi troponin total ditemukan bebas dalam sitosol.
Berikut penjelasan singkat tentang Troponin :
Kompleks pengatur kontraksi otot
Dilepaskan secara cepat, mis : dari cytosolic pool
Prolonged release karena degradasi myofilaments
Bentuk yang berbeda antara otot skelet dan miokard
Spesifitas tinggi untuk cedera miokard.
Sensitif untuk kerusakan miokard dalam jumlah kecil.
g) Myoglobin
Myoglobin adalah protein BM rendah (oxygen-binding heme protein). Skeletal & cardiac muscle Mb identik.Kadar Serum meningkat dalam 2 jam setelah kerusakan otot. Kadar puncak pada 6 – 7 jam. Kadar normal setelah 24 – 36 jam. NEGATIVE predictoryang sangat baik pada cedera miokard. Pemeriksaan dua sampel, 2 – 4 jam terpisah tanpa peningkatan kadar adalah bukan AMI. Dilaksanakan cepat , quantitative serum immunoassays.
h) CRP
CRP adalah C-Reactive Protein yang merupakan protein fase akut dilepaskan ke dalam darah sebagai akibat adanya suatu inflamasi. CRP diukur sebagai marker mediator inflamasi seperti IL-6 dan TNF-α untuk memahami inflamasi aterosklerosis.Diproduksi di hati dan otot polos arteri koroner sebagai respon terhadap sitokin inflamasi.Digunakan sebagai biomarker inflamasi sistemik khususnya untuk Penyakit jantung koroner (PJK).Pemeriksaan menggunakan metode imunoturbidimetrik dan imunofelometrik.CRP memiliki batas deteksi 3-5 mg/L.

i) hsCRP
hsCRP adalah high sensitivity C-Reactive Protein, Istilah untuk pemeriksaan lebih rendah kadar CRP. Istilah ini untuk mendeteksi konsentrasi CRP di bawah limit (3-5 mg/L) tersebut digunakan istilah hs-CRP (limit 0,1 mg/L).

j) IMA
IMA adalah Ischaemia Modified Albumin. Salah satu biomarker baru yang digunakan untuk Iskemik Jantung.

k) Cholesterol, Triglycerides, LDL dan HDL
Cholesterol, Triglycerides, LDL dan HDL merupakan paket pemeriksaan lemak yang mengarah pada hiperlipidemia dan dislipidemia. Keempat pemeriksaan ini berkaitan erat dengan resiko terjadinya penyakit jantung koroner, karena terjadinya plak aterosklerosis berkaitan erat dengan deposit cholesterol yang difagostosis oleh makrofag membentu sel busa di bawah lapisan endotel pembuluh darah, membentuk suatu benjolan/plak yang dapat menyumbat aliran darah. Disini terlihat LDL-C yang paling berbahaya, namun yang lebih berbahaya lagi adalah LDL Oxidized. LDL Oxidized paling berbahaya karena : Menyebabkan Plak Ateroma tidak stabil, Plak mudah Koyak, Terbentuk Trombus/Embolus, Aliran darah tersumbat dan serangan jantung/stroke.

2.10          KOMPLIKASI
1.      Aritmia
2.      Bradikardia sinus
3.      Irama nodal
4.      Gangguan hantaran atrioventrikular
5.      Gangguan hantaran intraventrikel
6.      Asistolik
7.      Takikardia sinus
8.      Kontraksi atrium prematur
9.      Takikardia supraventrikel
10.  Flutter atrium
11.  Fibrilasi atrium
12.  Takikardia atrium multifokal
13.  Kontraksi prematur ventrikel
14.  Takikardia ventrikel
15.  Takikardia idioventrikel
16.  Flutter dan Fibrilasi ventrikel
17.  Renjatan kardiogenik
18.  Tromboembolisme
19.  Perikarditis
20.  Aneurisme ventrikel
21.  Regurgitasi mitral akut
22.  Ruptur jantung dan septum
2.11          PENCEGAHAN
Sedapat mungkin mengurangi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit arteri koroner, terutama yang dapat dirubah oleh penderita:
·  Berhenti merokok
·  Menurunkan berat badan
·  Mengendalikan tekanan darah
·  Menurunkan kadar kolesterol darah dengan diet atau dengan obat
·  Melakukan olah raga secara teratur.
2.12          SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Pasien yang mengalami penyakit infark miokard harus segera dirujuk di rumah sakit untuk memperoleh layanan kesehatan yang lebih intensif. Pasien harus dirawat inap durumah sakit untuk proses penanganan.
Perawat mulai memberikan obat-obatan untuk membantu gejala-gejala akut yang dialami pasien. Perawat melakukan Terapi Reperfusi, terapi perfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan derajat disfungsi dan dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien STEMI.
Perawat juga bisa memeberikan Morfin, morfin sangat efektif untuk mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI

2.13          PENATALAKSANAAN
STEMI
a). Tatalaksana pra rumah sakit
Sebagian besar kematian di luar rumah sakit pada STEMI disebabkan adanya fibrilasi ventrikel mendadak, yang sebagian besar terjadi pada jam pertama. Sehingga elemen utama tatalaksana pra hospital pada pasien yang dicurigai STEMI antara lain :
Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis
Segera mengambil tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan resusitasi
Transportasi pasien ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas ICU/ICCU serta staf medis dokter dan perawat yang terlatih
Melakukan terapi reperfusi
b). Tatalaksana di ruang emergensi
c). Tatalaksana umum
Oksigen
Oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen <90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama.
Nitrogliserin
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain mengurangi nyeri dada nitrogliserin juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh darah koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri dada terus berlangsung dapat diberikan nitrogliserin intravena. Nitrogliserin intravena juga diberikan untuk mengendalikan hipertensi atau edema paru. Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90 mmHg atau pasien yang dicurigai menderita infark ventrikel kanan. Nitrat juga harus dihindari pada pasien yang menggunakan phosphodiesterase-5 inhibitor sildenafil dalam 24 jam sebelumnya karena dapat memicu efek hipotensi nitrat.
Morfin
Morfin sangat efektif untuk mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Efek samping yang perlu diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksi vena dan arteriolar melalui penurunan simpatis sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangi curah jantung dan tekanan arteri. Efek hemodinamik ini dapat diatasi dengan elevasi tungkai dan pada kondisi tertentu diperlukan penambahan cairan iv dengan NaCl 0,9%. Morfin juga dapat menyebabkan efek vagotonik yang menyebabkan bradikardi atau blok jantung derajat tinggi, terutama pasien dengan infark posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dengan pemberian atropin 0,5 mg IV.
Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan efektif  pada spektrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin bukal dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi. Selanjutnya aspirin diberikan oral dengan dosis 75-162 mg.
Penyekat beta
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta IV, selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol 5 mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung <60 menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg, interval PR <0,24 detik dan ronki tidak lebih dari 10 cm dari diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV terakhir dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam selama 48 jam, dan dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam.
Terapi reperfusi
Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan derajat disfungsi dan dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien STEMI berkembang menjadi pump failure atau takiaritmia ventrikuler yang maligna. Sasaran terapi reperfusi pada pasien STEMI adalah door-to-needle time untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30 menit atau door-to-balloon time untuk PCI dapat dicapai dalam 90 menit.
ACE Inhibitor
ACE Inhibitor menurunkan mortalitas pasca STEMI dan manfaat terhadap mortalitas bertambah dengan penambahan aspirin dan penyekat beta. Mekanisme yang melibatkan penurunan remodelling ventrikel pasca infark dengan penurunan remodelling ventrikel pasca infark dengan penurunan risiko gagal jantung. Kejadian infark berulang juga lebih rendah pada pasien yang mendapat inhibitor menahun pasca infark. Inhibitor ACE harus diberikan dalam 24 jam pertama pasien STEMI
NSTEMI
Pasien STEMI harus istirahat di tempat tidur dengan pemantauan EKG untuk deviasi segmen ST dan irama jantung. Empat komponen utama terapi harus dipertimbangkan pada setiap pasien NSTEMI yaitu:
Terapi antiiskemia
Untuk menghilangkan nyeri dada dan mencegah nyeri dada berulang dapat diberikan terapi awal mencakup nitrat dan penyekat beta. Terapi antiiskemi terdiri dari nitrogliserin sublingual dan dapat dilanjutkan dengan intravena, dan penyekat beta oral (pada keadaan tertentu dapat diberikan intravena). Antagonis kalsium nondihidropiridin diberikan pada pasien dengan iskemia refrakter atau yang tidak toleran dengan obat penyekat beta.
2.      Nitrat
Nitrat pertama kali harus diberikan sublingual atau spray bukal jika pasien mengalami nyeri dada iskemi. Jika nyeri menetap setelah diberikan nitrat sublingual 3 kali dengan interval 5 menit, direkomendasikan pemberian nitrogliserin intravena (mulai 5-10ug/menit). Laju infus dapat ditingkatkan 10ug/menit tiap 3-5 menit sampai keluhan menghilang atau tekanan darah sistolik <100 mmHg. Setelah nyeri dada hilang dapat digantikan dengan nitrat oral atau dapat menggantikan nitrogliserin intravena jika pasien sudah bebas nyeri selama 12-24 jam. Kontraindikasi absolut adalah hipotensi atau penggunaan sidenafil atau obat sekelasnya dalam 24 jam sebelumnya.
3.      Penyekat beta
Penyekat beta oral diberikan dengan target frekuensi jantung 50-60 kali/menit. Antagonis kalsium yang mengurangi frekuensi jantung seperti verapamil atau diltiazem direkomendasikan pada pasien dengan nyeri dada persisten atau rekuren setelah terapi nitrat dosis penuh dan penyekat beta dan pada pasien dengan kontraindikasi penyekat beta. Jika nyeri dada menetap walaupun dengan pemberian nitrogliserin intravena, morfin sulfat dengan dengan dosis 1-5 mg dapat diberikan tiap 5-30 menit sampai dosis total 20 mg.
4.      Terapi antitrombotik
Oklusi trombus sub total pada koroner mempunyai peran utama dalam patogenesis NSTEMI dan keduanya mulai dari agregasi platelet dan pembentukan thrombin-activated fibrin bertanggung jawab atas perkembangan klot.
Terapi antiplatelet:
Aspirin
Klopidogrel :
Berdasarkan hasil penelitian klopidogrel direkomendasikan sebagai obat lini pertama pada NSTEMI.
Antagonis GP IIb/IIIa :
Guideline ACC/AHA menetapkan pasien-pasien resiko tinggi terutama pasien dengan troponin positif yang menjalani angiografi, mungkin sebaiknya mendapatkan antagonis GP IIb/IIIa.
Terapi antikoagulan
UFH (Unfractionated heparin)
Manfaat UFH jika ditambahi aspirin telah dibuktikan dalam tujuh penelitian acak dan kombinasi UFH dan aspirin telah digunakan dalam tatalaksana NSTEMI untuk lebih dari 15 tahun.
LMWH (Low Molecular Weight Heparin)
2.14          HASIL-HASIL PENELITIAN INFARK MIOKARD
Penelitian menggunakan metode case-crossover, varian dari kasus-kontrol. Studi ini sering dipakai jika ingin meneliti hubungan antara sebuah pajanan yang transien (dalam hal ini kematian seseorang yang disayangi) yang bersifat perubahan drastis yang mempengaruhi kejadian akut. (dalam hal ini infark miokard non-fatal). Penelitian ini membandingkan laporan subyek yang kehilangan seseorang yang disayangi beberapa hari sebelum onset MI sebagai kasus, dan laporan subyek yang sama periode 1 – 6 bulan sebelum onset MI sebagai kontrol. Metode self-matching ini mengeliminasi berbagai confounding sebab kasus dan kontrol adalah subyek yang sama dalam faktor risiko, aktivitas fisik dan obat-obatan yang dikonsumsi. Periode kontrol dipilih waktu 1 – 6 bulan (31 – 180 hari sebelum onset MI) dimaksudkan untuk mengurangi recall bias, karena pada periode ini subyek dianggap masih dapat mengingat dan melaporkan dengan jelas jika ia mengalami kehilangan seseorang yang disayangi.
Dari 1985 peserta, 270 orang melaporkan kematian seseorang yang disayangi dalam 6 bulan sebelum onset MI. Dari 270 orang tersebut, 19 orang mengalami MI dalam kurun waktu 24 jam setelah kehilangan, 7 orang dalam 24-48 jam, 5 orang dalam 48 – 72 jam, 21 orang dalam 4-7 hari setelah kehilangan. Dari 19 orang yang mengalami MI dalam 24 jam, dikatakan orang yang kehilangan tersebut bersifat moderately dan extremely meaningful.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa incidence rate ratio (IRR) terjadi MI didapatkan paling tinggi pada kurun waktu 24 jam setelah kehilangan yaitu 21.1 (95% CI 13.1 – 34.1). IRR menurun secara progresif seiring bertambahnya hari setelah kehilangan orang yang disayangi, menjadi 5.8 pada hari ke-7 (95% CI 3.7 – 9.2), tapi peningkatan yang signifikan tetap ada selama kurang lebih satu bulan setelah kematian orang yang disayangi.
Secara berurutan pada kelompok MI 5%, 10%, dan 20% 10 year MI risk, didapatkan number needed to harm adalah 1 per 1394, 678, dan 320 secara berurutan (risiko berdasarkan Framingham Risk Score).
Studi ini juga menunjukkan bahwa pria lebih rapuh untuk terjadi penurunan kualitas kesehatan daripada wanita terkait kehilangan orang yang disayangi. Begitu pula kaum muda ternyata lebih rapuh daripada kaum yang lebih tua. Risiko juga dilaporkan meningkat pada mereka yang merasakan amarah, anxietas, atau depresi sekitar 2 jam sebelum onset (semua p < 0.001)
Hubungan antara kematian orang yang berarti sebagai faktor pemicu ini dengan onset akut MI secara patofisiologi dapat dijelaskan melalui jalur peningkatan afek negatif, seperti depresi, anxietas, dan amarah. Selain itu, stress emosional juga dapat menyebabkan stress fisik melalui berkurangnya waktu tidur, berkurangnya nafsu makan, penurunan kadar kolesterol dan LDL, serta kadar kortisol yang meningkat. Kortisol meningkatkan aktivitas simpatis, sehingga terjadi perubahan–perubahan hemodinamik akut seperti peningkatan resistensi vaskular, yang dapat menyebabkan iskemia miokard transien dan/atau disrupsi plak aterosklerosis.
Karena hasil penelitian menunjukkan bahwa asosiasi terkuat antara kehilangan dan onset MI adalah dalam hitungan hari setelah kehilangan, dapat disimpulkan bahwa onset MI bukanlah diakibatkan konsumsi obat kardiovaskular yang terlewat. Tidak juga ada yang melaporkan lupa untuk mengonsumsi beta-blocker yang dapat menyebabkan rebound dari hipertensi.
Stress emosional atau fisik dapat menyebabkan gejala – gejala yang mirip dengan infark miokard akut, seperti nyeri dada, elevasi segmen ST, dan peningkatan CK dan troponin. Sindrom yang bernama stress cardiomyopathy atau Takotsubo cardiomyopathy atau broken heart syndrome ini menyebabkan disfungsi ventrikel kiri yang berat namun bersifat transien dan akan pulih dalam beberapa hari sampai minggu. Tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa kasus infark miokard dalam penelitian ini mungkin sebenarnya adalah Takotsubo cardiomyopathy.
Studi ini memiliki beberapa kekurangan. Pertama, karena hanya 19 dari 270 orang yang melaporkan onset MI terjadi 24 jam setelah kehilangan orang yang disayangi, maka tidak dapat dievaluasi apakah hubungan tertentu antara yang meninggal dan yang ditinggalkan dapat menyebabkan variasi dalam hasil penelitian. Kedua, dapat terjadi overestimasi dari IRR karena subyek yang mengalami pajanan dalam periode kasus akan bercerita lebih detil dan mengeluarkan emosinya lebih daripada pajanan yang terjadi pada periode kontrol. Ketiga, beberapa subyek mungkin saja salah melaporkan detil waktu terjadinya kehilangan, namun kehilangan seseorang yang disayangi adalah sebuah kejadian yang jarang terlupakan, sehingga kemungkinan besar detil waktu yang dilaporkan memang benar adanya. Keempat, karena studi case-crossover menggunakan subyek sebagai kontrol-nya sendiri, maka perancu faktor risiko yang bersifat kronik dapat disingkirkan, namun kita tidak dapat menyingkirkan kemungkinan adanya pemicu lain yang terjadi bersamaan dengan kematian seseorang yang disayangi.
2.15          ETIKA KEPERAWATAN
Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya kesejahteraan fisik, material dan mental spiritual untuk mahluk insani dalam wilayah Republik Indonesia, maka kehidupan profesi keperawatan di Indonesia selalu berpedoman kepada sumber asalnya yaitu kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan.
Warga Keperawatan di Indonesia menyadari bahwa kebutuhan akan keperawatan bersifat universal bagi klien (individu keluarga kelompok dan masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu berdasarkan kepada cita-cita yan luhur, niat yang murni untuk keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membedakan kebangsaan, kesukuan, warna, kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
Dalam melaksanakan tugas playanan keperawatan kepada klien, cakupan tanggung jawab perawat Indonesia adalah meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengurangi dan menghilangkan penderitaan serta memulihkan kesehatan yang kesemuanya ini dilaksanakan atas dasar pelayanan yang paripurna.
Dalam melaksanaka tugas professional yang berdaya guna dan berhasil guna para perawat mampu dan ikhlas memberikan pelayanan yang bermutu dengan memelihara dan meningkatkan integritas pribadi yang luhur dengan ilmu dan keterampilan yang memadai serta dengan kesadaran bahwa pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari upaya kesehatan secara menyeluruh.
Dengan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan tugas pengabdian untuk kepentingan kemanusiaan, Bangsa dan Tanah Air, Persatuan Perawat Nasional Indonesia menyadari bahwa Perawat Indonesia yang berjiwa Pancasila dan berlandaskan pada UUD 1945 merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan dengan penuh tanggung jawab, berpedoman kepada dasar-dasar seperti tertera di bawah ini :

PERAWAT DAN KLIEN
1.      Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien.
Kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya
kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
PERAWAT DAN PRAKTIK
1.      Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar terus-menerus.
Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3.      Pada informasi yang adekuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
4.      Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku
professional.
PERAWAT DAN MASYARAKAT
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.
PERAWAT DAN TEMAN SEJAWAT
1.      Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan perawat maupun dengan tenaga kesehaan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Perawat bertindak malindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.
PERAWAT DAN PROFESI
1.      Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
Perawat berperan aktif dalam berbagai pengembangan profesi keperawatan.
3.      Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1     Pengkajian
Pengkajian tentang penyakit infark miokard pada pemeriksaan fisik sebgai berikut :
Menggunakan metode sistem B1-B6
1.      Breath (Pernafasan)
Gejala     : - Dispenia dengan atau tanpa kerja, dispenia nokturnal
-      Batuk dengan atau tanpa sputum
-      Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda  : - Peningkatan frekuensi pernapasan, napas sesak/kuat
-      Bunyi napas : krekel/mengi
-      Sputum : bersih, merah muda kental
2.      Blood (Sirkulasi)
Gejala         : Riwayat infark miokard sebelumnya, penyakit arteri koroner,GJK, masalah tekanan darah, diabetes melitus
Tanda         : - TD : dapat normal atau naik turun, perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk/berdiri
-          Nadi : dapat normal : penuh/tak kuat,atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat,tidak teratur(distrimia) mungkin terjadi
-          Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra: s3/s4 mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau komplain ventrikel
-          Murmur : bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi oto papilar
-          Friksi : dicurigai perikarditis
-          Irama jantung : dapat teratur atau tak teratur
-          Edema : distensi vena jaguler,edema dependen/perifer,edema umum, krekels,mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel
-          Warna : pucat atau sianosis/kulit abu-abu,kuku datar pada membran mukosa dan bibir
3.      Brain (Integritas Ego)
Gejala  : - menyangkal gejala penting/adanya kondisi
-          Takut mati, perasaan ajal sudah dekat
-          Marah pada penyakit
-          Kuatir dengan keluarga,kerja dan keuangan
Tanda  : - menolak, menangkal, cemas, kurang kontak mata
-          Gelisah, marah, perilaku menyerang
-          Fokus pada diri sendiri,nyeri
4.      Bowel (Usus)
Tanda  : normal atau bunyi usus menurun
5.      Bladder
6.      Bone (Muskulusskleletal)
Skeletal & cardiac muscle Mb identik.Kadar Serum meningkat dalam 2 jam setelah kerusakan otot. Kadar puncak pada 6 – 7 jam. Kadar normal setelah 24 – 36 jam. NEGATIVE predictoryang sangat baik pada cedera miokard. Pemeriksaan dua sampel, 2 – 4 jam terpisah tanpa peningkatan kadar adalah bukan AMI. Dilaksanakan cepat , quantitative serum immunoassays.
Pengkajian dilakukan dengan tehnik wawancara, observasi pemeriksaan fisik dan cacatan medik pasien
Data perawatan yang ditemukan pada pasien Infark Miocard Akut
é  Data Subyektif
Pasien mengeluh lemah, pasien mengeluh nyeri dada, seperti ditusuk-tusuk, berdebar-debar, dan pasien mengatakan berkeringat,pasien mengatakan sulit bernafas.
é  Data Obyektif
Pasien berkeringat dingin, pasien cemas, pasien bertanya-tanya, tekanan darah meningkat/ menurun, denyut nadi meningkat / menurun, respirasi meningkat / menurun , tingkat kesadaran menurun, adanya edema, oliguria, pasien terlihat mual muntah, batuk, nafas pendek.

3.2  Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian. Diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan Infark Miocard Akut (IMA) adalah (Doenges, M. E., 2000; Carpenito, L. J., 2000)
é  Nyeri akut berhubungan dengan refleks spasma otot sekunder terhadap kelainan visceral jantung
é  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan sistem traspor oksigen terhadap infark miocard
é  Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan dan status ekonomi
é  Resiko tinggi terhadap curah jantung berhubungan dengan penurunan preload / peningkatan tahan vaskuler sistemik
é  Resiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan atau penghentian aliaran darah
é  Resiko tinggi tehadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi organ (ginjal)
é  Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan akan datang

3.3  Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawtan maka perlu dibuat perencanaan intervensi keperawtan dan aktivitas keperawtan. Tujuan perencanaan untuk mengurangi menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan, penetapan sasaran (goal) dan tujuan (objective), penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan (Gafar, La Ode Jumadi, 1999; 63). Untuk menentukan prioritas perencanaan dapat berdasarkan kebutuhan dasar A. Maslow, sifat masalah, berat ringannya masalah, dan keluhan pasien.
Adapun rencana tindakan yang akan diberikan pada pasien infark miocard akut adalah (Doenges, M.E., 2000 ; Carpenito, L.J., 2000)
Nyeri akut berhubungan dengan refleks spasma otot sekunder terhadap kelaianan viseral jantung
Rencana Tujuan : Nyeri hilang / terkontrol
Intervensi :
Observasi dan catat lokasi, beratnya(skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap, timbul)
Rasional : Membentu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan / perbaikan penyakit, terjadinya koplikasi, dan keefektipan intervensi
Berikan pasien melakukan posisi yang nyaman (posisi semi fowler)
Rasional : Tirah bering pada posisi semi fowler menurunkan tekanan intra abdomen, namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alamiah
Dorong tehnik relaksasi, contoh latihan nafas dalam
Rasional : Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat meningkatkan koping
Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan anti angina
Rasional : Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner, yang meningkatkan aliran darah koroner dan perfusi miokard.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan sistem transpor oksigen terhadap Infark Miocard
Rencana tujuan : terjadinya peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi :
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mempengaruhi intervensi atau bantuan
Berikan lingkungan yang tenang batasi pengunjung
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhn oksigen tubuh dan menurunka regangan jantung dan paru-paru
Berikan bantuan dalam kativitas bila perlu
Rasional : Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri
Gunakan tehnik penghematan energi, misalnya: mandi dengan duduk
Rasional : Mendorong pasien melakakan kegiatan dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan
Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan dan status ekonomi
Rencana tujuan : ansietas berkurang atau teratasi intervensi
Intervensi :
Berikan informasi tentang Infark Miokard Akut (IMA)
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat
Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik
Rasional : Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan dapat menurunkan ansietas

3.4 Pelaksanaan
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan, rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil dan tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif (Aziz, A.H., 2001)
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi dari masing-masing diagnosa tersebut diatas

3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Aziz, A.H., 2001)
Hasil yang diharapkan dari diagnosa-diagnosa yang muncul pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) yaitu:
Nyeri hilang / terkontrol
Terjadinya peningkatan toleransi aktivitas
Ansietas berkurang atua teratasi
Curah jantung dalam rentan normal
Menunjukkan perfusi adekuat
Mempertahankan keseimbangan cairan
Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung sendiri rencana pengobatan tujuan pengobatan dan efek samping / reaksi merugikan
3.6 LEGAL  ETIS PADA INFARK MIOKARD
            Dalam kasus ini, peran perawat sebagai advokat harus bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam hal inform concern atas tindakan keperawatan yang dilakukan. Selain itu juga harus mempertahankan dan melindungi hak-hak klien serta memastikan kebutuhan klien terpenuhi.

SEGI ETIK KEPERAWATAN
}  Otonomi
            Prinsip bahwa individu mempunyai hak menentukan diri sendiri, memperoleh kebebasan dan kemandirian. Perawat yg mengikuti prinsip ini akan menghargai keluhan gejala subjektif (misal : nyeri), dan meminta persetujuan tindakan sebelum prosedur dilaksanakan.
}  Nonmaleficience
            Prinsip menghindari tindakan yg membahayakan. Bahaya dapat berarti dgn sengaja, risiko atau tidak sengaja membahayakan. Perawat harus mengetahui tindakan keperwatan pada pasien infark miokard dan melaksanakannya dengan benar dengan tujuan menyembuhkan pasien.
           
}  Beneficience
            Prinsip bahwa seseorang harus melakukan kebaikan. Perawat melakukan kebaikan dengan mengimplementasikan tindakan yg menguntungkan/bermanfaat bagi klien.Dapat terjadi dilema bila klien menolak tindakan tersebut, atau ketika petugas kesehatan berperan sebagai peneliti. Perawat harus melakukan tindakan keperawatan ketika pasien merasakan nyeri dan memberikan obat anti nyeri kepada pasien.
}  Justice
            Prinsip bahwa individu memiliki hak diperlakukan setara. Perawat harus memperlakukan pasien sama dengan yang lain, maksud dari pernyataan tersebut adalah tidak membeda-bedakan pasien berdasarkan kelas karena semua pasien berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
}  Fidelity
                        Perawat harus mempertanggungjawabkan semua tindakan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
}  Veracity
            Perawat harus memberi motivasi pada pasien agar pasien mempunyai semangat untuk hidup karena pada penyakit ini pasien selalu berpikir mendekati ajal.

BAB 4
PENUTUP
4.1  KESIMPULAN
Infark miokardium adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung. Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan. Infark miokard biasanya disebabkan oleh trombus arteri koroner; prosesnya mula-mula berawal dari rupturnya plak yang kemudian diikuti oleh pembentukan trombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya infark miokard tergantung pada jenis arteri yang oklusi dan aliran darah kolateral. Adapun gejalanya seperti  Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri, kebanyakan lamanya 30 menit sampai beberapa jam, sifatnya seperti ditusuk-tusuk, ditekan, tertindik,Takhikardi, Keringat banyak sekali, Kadang mual bahkan muntah diakibatkan karena nyeri hebat dan reflek vasosegal yang disalurkan dari area kerusakan miokard ke trakus gastro intestinal, Dispnea.